Rabu, 16 Mei 2012

Minder: Kurangnya pengetahuan akan potensi diri


Oleh: Asep Koswara

“Apa yang ada di depan kita dan apa yang ada di belakang kita bukanlah apa-apa dibanding dengan apa yang ada dalam diri kita”

Pernahkah anda merasa minder? Ya setiap orang pasti pernah merasa minder baik karena kemampuannya kurang, keterbatasan pisik dan yang lainnya. Minder muncul sebagai reaksi negative yang muncul dari dalam diri sebagai effek dari comparative consequence. Seseorang pada umumnya merasa minder karena dia membandingkan dirinya dengan kemampuan orang lain. Tidak dapat dipungkiri ini sering terjadi, dan kemudian ini memberikan effek kepada pikiran dan munculah rasa ketidakpercayaan diri. 

Minder adalah sebuah penyakit pikiran; yaitu dimana dikarenakan adanya konstruksi logika yang salah- yang ada dalam pikiran. Konstruksi logika tersebut muncul disebabkan oleh kebiasaan dan kekurang-tahuan akan potensi diri. Faktor yang paling berpengaruh pada munculnya rasa minder adalah karena adanya ketidak tahuan akan potensi yang ada dalam diri. Lalu kemudian dari kekurang-tahuan inilah konsep logika yang salah, terus terpelihara dalam diri. Kesalahan logika yang sering terjadi adalah seringnya seseorang membandingkan kelemahannya dengan kelebihan orang lain. Inilah yang saya sebut sebagai konsep konstrusi logika yang salah. Perlu kita analisis kembali tentang perbandingan tersebut. Saya pikir sangatlah tidak adil ketika kita membandingkan kelemahan kita dengan kelebihan orang lain, karena kita semua tahu bahwa setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Mungkin saja apa yang menjadi kelemahan kita adalah bagi orang lain adalah sebuah kelebihan dan begitupun sebaliknya apa yang didalam diri kita adalah sebuah kelebihan, itu adalah sebuah kelemahan buat orang lain.

Munculnya perbandingan yang tidak adil tersebut merupakan sebuah kekurang-tahuan akan potensi diri. Ada sebuah kutipan dari Michael Michalco “seekor singa akan terus menjadi seekor singa sepanjang hidupnya, begitupun binatang yang lainnya. Namun manusia bisa menjadi apapun dari berbagai jenis karakter dalam hidupnya” kutipan tersebut menyatakan bahwa setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi apapun ketika kita menginginkan dan bersungguh-sungguh untuk mencapainya. Meski banyak rintangan, kalau mau sungguh sungguh pasti akan mendapatkan semua yang dia inginkannya itu. Juga seperti yang tertulis diawal bahwa apa yang ada dibelakang dan didepan (maksudnya apa yang ada diluar diri kita), itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan potensi yang ada dalam diri. Potensi diri kita mempunyai peranan dan sangat luar biasa tentunya karena kita semua manusia mempunyai potensi sebagai seorang pemenang. Ketika dari janin-pun kita tahu bahwa kita adalah seorang pemenang dari ratusan pelari (yaitu sperma) berlari menuju sel telur dan hanya satu yang berhasil yaitu kita sekarang. 

Pengetahuan seseorang akan dahsyatnya kekuatan otak juga menjadi sebuah faktor yang mempengaruhi adanya perbandingan yang tidak adil tersebut. Otak manusia merupakan organ yang paling penting dalam tubuh manusia. Berpungsi mengatur dan mengontrol seluruh organ tubuh. Otak manusia tidak pernah mengalami rasa lelah, dan juga bisa memikirkan beberapa hal dalam satu waktu. Bahkan dalam keadaan tidur-pun manusia masih tetap bisa berpikir. Dahsyatnya otak manusia ini, menjadi investasi yang luar biasa yang ada dalam diri manusia, sehingga apabila tidak difungsikan dengan baik akan sangat sayang sekali. Jadi pengetahuan akan tofography maupun fungsi otak, merupakan hal yang perlu diketahui jika kita tidak ingin merasa minder. Mengenal potensi diri adalah suatu hal yang sangat penting ternyata. Sebagai sebuah dasar penting akan perbuatan dan tindakan yang selanjutnya dilakukan oleh seseorang. 

Dalam hadis juga dikatakan bahwa “barang siapa yang mengenal dirinya pasti akan mengenal tuhannya”. Namun disini yang harus diketahui adalah bukan hanya mengenal diri saja tanpa melakukan sebuah perubahan, namun juga action yang jelas untuk mengembangkannya. Bagaimana cara mengembangkannya? Ada sebuah kutipan dari (Hernowo 2004) “didalam diri-lebih-dalam (inner-self) setiap insan, ada “sepasang sayap” yang siap membawa sang diri menjelajahi hal-hal yang tidak terbayangkan. Sepasang sayap itu bernama imajinasi” menurut Hernowo kita bisa menjelajah dan bahkan bisa mencapai apa yang kita inginkan dengan cara berimajinasi. 

Apa itu imajinasi? Imajinasi adalah fantasi kreatif. Imajinasi dilakukan dengan menggunakan hukum “pengandaian” misalkan ketika kita membandingkan diri kita dengan seorang penulis terkenal maka pengandaiannya adalah “andaikan saya seorang penulis terkenal, maka..?” ingat pengandaian disini akan merangsang diri kita untuk melakukan action, itulah imajinasi. Kalau hanya berfantasi, melamun atau mengandaikannya saja tanpa adanya action, itu bukanlah imajinasi. Namun imajinasi ini juga harus disertai dengan, apa yang Mario Teguh sebut dengan konsep “Kepantasan”. Konsep ini juga menjadi sebuah keharusan yang harus diterapkan untuk membangkitkan potensi yang ada dalam diri. Imajinasi akan sia-sia tanpa adanya kepantasan. Misalnya ketika kita sedang memikirkan dan melakukan action untuk menjadi seorang peminpin besar, namun kita tidak mempunyai kepantasan (yang mana didalamnya adalah sikap) maka akan sangat sulit buat terwujud. 

Dari sekian makhluk tuhan yang ada di duni ini, manusia-lah yang mempunyai perwujudan bentuk maupun potensi diri yang sempurna dengan mahluk yang lainnya. Pengenalan akan potensi diri akan sangat berharga dan merupakan hal yang penting untuk bisa memaksimalkan seluruh potensi yang ada. Juga sebagai penutup dan pengobat masalah-masalah dan penyakit yang ada dalam diri yaitu salah satunya adalah rasa “minder”. Semoga setelah kita mengetahui bahwa manusia adalah ditakdirkan sebagai seorang pemenang yang mempunyai potensi luar biasa, tidak akan ada yang namanya minder lagi dalam setiap langkah kita. Banyak-banyaklah bersyukur…!!! 

 *Penulis adalah Mahasiswa Bahasa Inggris: konsentrasi Linguistik UIN Bdg